PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA (PMII) CABANG JEPARA
MEMILAH PRODUK ORGANISASI YANG MENGANTARKAN
PADA TUJUAN ORGANISASI
Tujuan PMII: Terbentuknya pribadi
muslim Indonesia yang bertakwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu,
cakap, bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya, dan komitmen
memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.
(Anggaran Dasar/Pasal 4)
Latar Belakang
Penjelasan
anggaran dasar ini setidak-tidaknya menyebutkan 6 (enam) tujuan PMII.
Tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut: 1) pribadi muslim
Indonesia yang bertakwa kepada Allah ta’ala; 2) berbudi luhur; 3)
berilmu; 4) cakap; 5) bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya; 6)
komitmen dalam memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Tujuan
ini memberikan penegasan bahwa kaderisasi lah yang dimaksud sebagai
tujuan organisasi. Karena itu, arah kaderisasi adalah untuk mewujudkan
tujuan-tujuan tersebut. Enam tujuan ini menggambarkan sebuah proses
pembinaan manusia Indonesia dari hulu sampai hilir. Sebuah proses yang
dimulai dari pembinaan kehidupan individu hingga arah gerak hidupnya
dalam kehidupan kolektif bermasyarakat dan berbangsa. Tujuan-tujuan ini
juga disebutkan secara mutlak–tanpa batas waktu, sehingga memberikan
pengertian target capaian hal-hal tersebut berlaku sampai akhir hayat
seseorang.
Jika suatu organisasi telah memiliki
tujuan yang jelas, maka sudah seharusnya semua produk organisasi
diposisikan sebagai “tools” (seperangkat alat) dalam menggapai tujuan
tersebut. Dan karena semua produk organisasi diposisikan sebagai
“tools”, maka “tools” tersebut haruslah “tepat fungsi” dan diletakkan
pada tempatnya.
Membangun imajinasi
Lalu,
dimulai dari manakah “imajinasi” kita dalam mewujudkan manusia yang
mampu menggapai enam hal tersebut? Para pendiri PMII telah meletakkan
CITRA KADER ULUL ALBAB sebagai profil kader PMII. “Ulul albab” adalah
sekelompok mukmin, yang banyak mendapat pujian khusus dari Allah SWT di
dalam Alquran. Merekalah satu-satunya kelompok yang mampu memahami
Alquran dan mengambil pelajaran darinya. Merekalah yang juga disebutkan
terbuka menerima ucapan kebenaran yang membawa mereka kepada bertauhid
kepada Allah SWT, berbuat taat kepada-Nya, dan meninggalkan ucapan yang
tidak membawa kepada petunjuk kebenaran (al-huda).
Kenapa “ulul albab” begitu istimewa? Di
dalam kitab-kitab tafsir seperti karya Imam al-Qurtubi, Imam al-Tabari,
dan al-Baidâwi disebutkan bahwa pengertian “ûlûl albâb” secara bahasa
adalah ûlûl ‘uqûl wa al-hijâ artinya “orang yang memiliki akal”. Namun
demikian, istilah “ûlûl albâb” dalam Alquran memiliki pengertian yang
lebih luas daripada sekedar aktifitas berpikir yang lazim kita pahami.
Namun juga menggambarkan aktifitas hati. Hal ini tampak dalam penjelasan
Imam al-Qurtubi dalam menafsirkan Q.S. al-Ra’d: 19. Allah SWT
membandingkan orang yang mengetahui dan menerima kebenaran Alquran
dengan “orang buta hati”. Sebab, hati yang tertutup menjadi penghalang
dari “mau tahu” dan menerima kebenaran.
Penjelasan al-Qurtubi yang menjelaskan
relasi pikiran dan hati tersebut lebih jelas ditegaskan oleh Imam
al-Baidâwi dalam menjelaskan pengertian “ûlûl albâb” yaitu akal yang
bersih dari pengaruh keraguan hati dan kecondongannya mengikuti hawa
nafsu. Dan karena itulah sang “ûlûl albâb” menjadi terbuka menerima
kebenaran. Sebagaimana dijelaskan oleh Imam al-Baidâwi dalam Q.S.
Al-Zumar [39]: 18
الذين
يستمعون القول فيتبعون أحسنه أولئك الذين هداهم الله وأولئك هم أولوا
الألباب (18) ………… وأولئك هم أولو الألباب (العقول السلمية عن منازعة
الوهم والعادة وفي ذلك دلالة على أن الهداية تحصل بفعل الله وقبول النفس
لها
Alquran bahkan lebih jelas
menyandingkan perbedaan antara pikiran yang bersih (ûlûl albâb) dan
pikiran yang dipengaruhi hati yang sesat. Penegasan ini dinyatakan dalam
Q.S. Ali ‘Imrân [3]: 7
هو الذي أنزل عليك الكتاب منه آيات محكمات
هن أم الكتاب وأخر متشابهات فأما الذين في قلوبهم زيغ فيتبعون ما تشابه
منه ابتغاء الفتنة وابتغاء تأويله وما يعلم تأويله إلا الله والراسخون في
العلم يقولون آمنا به كل من عند ربنا وما يذكر إلا أولوا الألباب
Seorang yang di hatinya terdapat
“zaigh” (kecondongan sesat), maka ia akan mengikuti ayat Alquran yang
mutasyâbih untuk menyebarkan fitnah dan menimbulkan takwil yang sesat.
Sedangkan seorang ûlûl albâb, dia adalah orang yang dalam ilmunya,
berpegang ayat Alquran yang muhkam dan beriman kepada ayat mutasyâbihat.
Ayat-ayat muhkam inilah yang menjadi dasar rumusan akidah dan ajaran
ahlussunah. Demikianlah pengertian ûlûl albâb dikaitkan dengan aktifitas
hati yang lurus dan bersih dari hawa nafsu.
Pengertian ûlûl albâb yang disebutkan
dalam Alquran ini tentu berbalik 180 derajat jika dibandingkan fase
“nalar kritis” yang diarahkan pada “dekonstruksi teks agama”. Sebab,
fase “nalar kritis” justru menjadi kunci untuk membuka takwil ayat-ayat
Alquran yang sudah jelas pengertiannya (muhkam). Akhirnya, hasil dari
“dekonstruksi teks agama” tersebut banyak yang terbalik dari apa yang
diajarkan oleh para imam ahlussunnah wal jamaah. Barangkali, ini sebab
“nalar kritis” tersebut banyak dirasuki hawa nafsu. Itu tentu bukan
citra ûlûl albâb yang disebutkan dalam Alquran.
Menempatkan tools Pada Tempatnya
Kami
memandang segala produk organisasi, selain tujuan PMII adalah “tools”.
Khususnya produk organisasi yang dijadikan materi kaderisasi dan menjadi
“cara pandang organisasi” harus diselaraskan dengan tujuan yang hendak
dicapai.
Dalam beberapa tahun terakhir banyak
produk yang sudah dihasilkan. Beberapa di antaranya sudah menjadi produk
resmi dan beberapa di antaranya masih menjadi “isu”, namun sudah
dijadikan materi kaderisasi oleh beberapa cabang. Tulisaan ini sekedar
ingin menyajikan penyelarasan produk-produk tersebut dengan tujuan PMII.
Pertama, mengenai manhajul fikr dan
manhajul harakah. Kami menelusuri banyak literatur ulama ahlussunah, di
antaranya karya-karya KH. Hasyim Asy’ary, Abû Ja’far al-Tahâwi, Imam
al-Ghozali, dan lain sebagainya. Tidak seorangpun di antara mereka yang
menyebutkan istilah manhajul fikr. Praktis istilah ini pertama kali
disebut oleh KH. Said Aqil Siradj dan kita lalu mengadopsinya. Pun
manhajul harakah adalah istilah yang tidak dikenal oleh para ulama
ahlussunah. Para ulama (yang benar-benar) justru memahami ahlussunah
hanya sebagai mayoritas umat Muhammad dalam hal keyakinan (aqîdah).
Merekalah yang terkumpul dalam 2 madzhab aqidah, asy’ary dan maturidy
serta mayoritas penganut 4 madzhab fiqh. Isi ajarannya adalah cara
beriman yang benar terhadap rukun iman yang enam.
Saya berpendapat, jika kita ditanya
apakah relevansi ASWAJA terhadap tujuan PMII? jika ASWAJA tersebut
dipahami sebagai aqidah, maka kita mudah menjelaskannya ketakwaan yang
paling penting adalah beriman dengan benar. Para ulama ahlussunah bahkan
menjelaskan kesalahan dalam keimanan di antaranya dapat menyebabkan
kekafiran sebagaimana dijelaskan dalam kitab sullamut taufiq dan
kitab-kitab lainnya. Lalu kemanakah arah manhajul fikr?
Kedua, tentang paradigma. Paradigma
jika diselaraskan dengan tujuan PMII, maka ia banyak menjadi “guide”
dalam mengatur strategi lapangan. Tentunya strategi tersebut dimaksudkan
dalam rangka tujuan PMII yaitu komitmen atas cita-cita kemerdekaan
Indonesia. Yaitu, mengantarkan rakyat Indonesia untuk merdeka, bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur. Agar mampu mengantar rakyat Indonesia
menuju cita-cita kemerdekaan, di antaranya kita haruslah kuat. Dengan
demikian, maka strategi yang berbasis “kenyataan” tersebut perlu
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Saya berpendapat, dalam konteks
mewujudkan cita-cita inilah kita berbicara tentang kepemimpinan,
kekuasaan, dan cara mendapatkannya.
Dalam kaitan dengan inilah, saya
berpendapat, manhajul fikr ataupun manhajul harakat lebih tepatnya
disebut paradigma sebab ia hendak menyikapi keadaan di luar diri-nya
dengan “itu” dan membawanya ke arah tertentu, tapi apa relevansinya
dengan tujuan kita? Barangkali satu-satu manfaat dalam hal strategi
negosisasi, kita tampak moderat di hadapan minoritas dan dunia luar.
Tetapi, “pengorbanan” untuk tampak moderat tersebut terlalu besar yaitu
melemahnya kekuatan yang militan.
Ketiga, tentang kaderisasi berbasis
fakultatif. Saya berpendapat, persoalan ini sebenarnya “hanya” soal cara
pandang menempatkan pendidikan kampus yang diletakkan terpisah dari
sistem kaderisasi PMII. Persoalan ini akan terintregrasi jika pendidikan
kampus itu kita “aku-kan” sebagai bagian sistem kaderisasi non formal.
Integrasi ini akan semakin sempurna jika “paradigma PMII” dapat masuk
menjadi “alat baca” terhadap bidang terkait lalu menghasilnya sebuah
pengetahuan yang khas berbasis paradigma kita. Di sinilah kita
mengarahkan para kader agar sampai kepada tujuan PMII yaitu berilmu dan
bertanggung jawab mengamalkan ilmu. Maksudnya, benar-benar ahli di
bidang tertentu yang dia geluti dan mau mengabdikan dirinya dengan ilmu
yang dia miliki.
Jika membaca buku multi level strategi,
saya melihat salah satu cara dalam kristalisasi kekuatan ke depan
adalah persebaran yang dibawa oleh keahlian fakultatif. Munculnya
ahli-ahli dalam tubuh kader PMII akan menyebabkan “kepemimpinan” lebih
mudah untuk datang menghampiri para kader kita.
Keempat, tentang kepemimpinan.
Terobosan SKN adalah hal besar yang berani dan akan mempengaruhi arah
gerak PMII. Karena SKN telah membalik arah “kebiasaan buruk” yang
mengalir bersama paradigma kritis transformatif. Nalar kepemimpinan yang
ditanamkan dalam SKN sangat relevan dengan tujuan PMII yaitu membina
“kecakapan” dan “berbudi luhur”.
Dengan demikian, maka saya melihat
bahwa materi-materi yang memang sudah dipandang tidak relevan dengan
tujuan-tujuan PMII perlu dikaji ulang, diberikan pembanding atau
diganti. Misalnya, teologi pembebasan dan manhajul fikr. Kita bisa
mencari energi lain untuk menggerakkan batin kader dengan penambahan
produk baru seperti sejarah dan wawasan kebangsaan menurut versi kita
serta beberapa aplikasi paradigma kita terhadap bidang tertentu. Semua
materi tentu harus diarahkan kepada tujuan kita yang enam tersebut.
Demikian prolog dari saya, semoga bermanfaat mohon maaf telat.
Wallâhu a’lam bi Sawâb
GEOPOLITIK-GEOEKONOMI DUNIA
Setelah keruntuhan Uni Soviet, saat ini terjadi
krisis hegemoni Amerika Serikat. Krisis itu didorong oleh keruntuhan
Soviet yang menyebabkan manajemen militer Amerika Serikat dan Barat
mengalami penurunan. Penurunan itu bisa dilihat misalnya dalam kasus
NATO. NATO lebih menjadi alat untuk memaksakan pelaksanaan privatisasi
dan liberalisasi ekonomi demi kepentingan pasar bebas daripada
pertimbangan politik dan keamanan. Ini bisa dilihat pada sikap politik
negara-negara Eropa Timur (Hongaria, Rumania atau Bulgaria; anggota baru
NATO). Pada akhirnya, bagi negara-negara tersebut, menjadi anggota NATO
hanya merupakan batu loncatan untuk bergabung dalam Uni Eropa.
Di
samping itu, pasca keruntuhan komunisme sebagai ideologi internasional,
mulai tampak adanya persaingan di antara negara-negara Barat yang
menganut paham demokrasi. AS, Inggris Raya, Canada, Australia dan
Selandia Baru yang penduduknya mayoritas dari ras/etnis Anglo Saxon dan
berbahasa Inggris, tampak ingin mendominasi geopolitik dan geoekonomi
internasional. Dapatlah dikatakan bahwa komunitas ini merupakan
metamorfosis dari Pax Britanica abad ke-19 menjadi Pax Americana pada
awal abad ke-21. Dalam geopolitik dunia, komunitas inilah yang menjadi
otoritas geopolitik yang dapat menentukan sistem pengembangan ekonomi di
wilayah bumi manapun, termasuk Indonesia.
Di
pihak lain, Uni Eropa makin mempererat kerjasama di antara para
anggotanya yang telah dimulai sejak tahun 1951 dengan pendirian
Komunitas Batubara dan Baja Eropa, yang kemudian berujung pada
penerbitan mata uang bersama yang disebut Euro pada tahun 2001. Uni
Eropa menjadi salah satu kekuatan yang mencegah AS menjadi hegemon
tunggal dalam sistem politik dunia. Kasus paling mutakhir adalah konflik
antara Uni Eropa dan AS tentang pencabutan subsidi untuk pertanian pada
pertemuan WTO di Hongkong, tahun 2005 yang lalu. Ketika AS menolak
untuk mencabut subsidi bagi petani Amerika, maka Perancis dan beberapa
anggota Uni Eropa lainnya juga melakukan hal yang sama. Dalam geopolitik
dunia, komunitas inilah yang menjadi otoritas geopolitik yang juga
dapat menentukan sistem pengembangan ekonomi di wilayah bumi manapun,
termasuk Indonesia.
Selain AS dan Uni
Eropa, kawasan Asia juga muncul Shanghai Cooperation Organization (SCO)
yang beranggotakan China, Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan dan
Uzbekistan, ditambah Iran, India, Pakistan, Turkmenistan dan Mongolia
sebagai peninjau. SCO didirikan pada Juni 2001dan merupakan perluasan
dari Shanghai Five yang didirikan pada tahun 1996. Pada pertemuan bulan
Juli 2005, SCO sepakat menolak monopolizing or dominating international
affairs dan menuntut dengan tegas non-interference in the internal
affairs of sovereign states. SCO menjadi kekuatan geopolitik yang
penting diperhitungkan karena beberapa alasan mendasar.
• Pertama, sejumlah negara anggota SCO adalah pemilik senjata nuklir.
•
Kedua, jumlah total penduduk anggota dan peninjau SCO lebih dari
setengah jumlah penduduk dunia, sehingga akan menjadi pasar yang paling
besar dengan economies of scale yang sangat memadai, ditambah dengan
posisi China sebagai pemilik cadangan devisa terbesar di dunia saat ini.
• Ketiga, negara-negara anggota SCO
memiliki latar belakang kultural-historis kekuatan imperium di masa
lalu. China merupakan kelanjutan imperium Han, sedangkan Rusia mewarisi
imperium Rusia abad ke-14. Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan dan
Uzbekistan berlatarbelakang imperium Timur Leng. India berdiri di atas
kebesaran masa lalu imperium Chandragupta. Pakistan adalah ahli waris
imperium Mogul. Mongolia kelanjutan dari imperium Jenghiz Khan.
Sedangkan Iran adalah penerus imperium Manichaeisme Darius dan imperium
Safawi Syi’ah. Dalam geopolitik dunia, komunitas inilah yang sebenarnya
mempunyai kedekatan dengan Indonesia, yang nantinya perlu diteliti
keberadaannya dalam hubungan perdagangan maritim di sejumlah kawasan
andalan maupun cepat tumbuh.
Uraian
tentang keberadaan ketiga komunitas dunia ini untuk menghindari
orientasi kebijakan pemerintah pusat yang hanya bersifat internal.
Karena, perumusan suatu kebijakan yang efektif tidak lagi mengandalkan
hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah saja, melainkan
kecermatan dalam melihat berbagai kerjasama lintas-batas negara di
berbagai kawasan Indonesia. Mustahil kiranya suatu daerah tertinggal
dapat maju bila hanya mengandalkan kemampuan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
Sebagaimana amanat
RPJM Nasional 2004-2009, dalam rangka mendukung peningkatan daya saing
kawasan dan produk-produk unggulan di pasar regional, nasional, dan
global, maka kegiatan pokok yang akan dilakukan untuk mefasilitasi
pemerintah daerah tidak dapat melepaskan diri dari
kecenderungan-kecenderungan (trends) yang terjadi dalam geopolitik
dunia. Tentunya, pendekatan-pendekatan kebudayaan yang akhir-akhir ini
menunjukkan kecenderungan bangkitnya imperium kebudayaan, semestinya
diperhatikan terkait dengan bangunan NKRI sebagai “imperium maritim”.
BACAAN GEO EKONOMI DUNIA
Berangkat dari fenomena yang terjadi
dinegri ini ada persoalan penting yang harus di ketahui oleh bangsa ini
yaitu posisi Indonesia dalam permainan system dunia. Agenda reformasi
yang lahir pada tahun 1997 adalah merupakan awal bagi negri ini untuk
bangkit dari rezim otoriter, namun harus disadari bahwa agenda reformasi
yang menelan banyak korban tidak bias lepas dari sebuah permainan
sisitim dunia. Harus di sadari tumbangnya rezim soeharto merupakan
permainan agen-agen kapitalis karena soeharto di anggap tidak lagi setia
terhadap amerika.
Harus disadari bahwa
kekuatan rezim orde baru adalah merupakan penjelmaan dari sebuah
kekuatan hegemoni Amerika di negri ini sehingga pembangkangan terhadap
kekuatan kapitalis adalah merupakan kehancuran. Dalam permainan system
dunia Indonesia merupakan Negara jongos yang hanya tidak mampu berbuat
sesuatu apapun kecuali hanya tunduk terhadap permainan domino dunia
sebagai buktinya bangsa ini tidak berdaya dalam menyelesaikan persoalan
dalam negri hal ini karena bangsa ini belum mampu untuk berdiri sendiri
diatas fondasi tanah air yang gemah ripah lohjenawi.
Sejarah
panjang bangsa ini telah membuktikan bahwa kemerdekaan yang di
deklarasikan pada tahun 1945 hanyalah simbolitas, sementara secra
politik dan ekonomi bangsa ini tidak bisa terlepas dari telikungan
kekuatan kapitalis. Kemenangan soeharto dalam merebut tampuk kekuasaan
dari rezim soekarno juga tidak terlepas dari kepentingan amerika untuk
membasmi musuh perang dunia pertama dan kedua, dalam hal ini yang
pertama adala unisoviyet yang menjelma menjadi partai komunis indonesia
PKI prinsip “politik bebas aktif” yang menjadi dalam hal ini tidak
berpihak pada blok barat dan blok timur hanya menjadi selogan semata,
karena diakui atau tidak gerakan politik soekarno yang secara tegas
menentang misi kapitalis secara tidak langsung telah terjebak pada
keberpihakan terhadap unisoviyet kedua syhwat politik soeharto yang
berambisi untuk menggulingkan soekarno dari tampuk kekuasaan kemudian
menggantikannya merupakan keberpihakan terhadap Amerika yang kemudian
melahirkan ideology developmentalisme.
Kerusuhan
G30 S atau yang lebih di kenal dengan perang jongos adalah merupakan
turunan langsung dari perang dunia kedua baik secara politik dan
ideology persoalan ini di sebabkan oleh kelemahan pemimpin bangsa ini
dalam membaca peta dunia. Isu bahaya komunis, hak azasi manusia dan
demokarsi adalah strategi kapitalis agar dapat memantau gerakan
perkembangan ekonomi dunia.
Sadar akan sejarah
Menyadari
akan sejarah masa lalu adalah pilihan terbaik agar bangsa ini tidak
terjebak pada kepentingan global dengan mengorbankan kepentingan
nasional. Sejarah G 30 s yang telah mengorbankan bangsa ini demi
kepentingan amerika dan unisoviyet merupakan sejarah kelabu yang harus
menjadi pelajaran bagi pemimpin di masa depan karena bukan tidak mungkin
peristiwa yang telah mengorbankan putra-putra terbaik bangsa ini akan
terjadi di kemudian hari dengan isu-isu yang berbeda namun pada
esensinya sama yaitu kepentingan global.
Pertarungan
ideology developmentalisme dan komunisme bisa sja telah berakhir di
negri ini tetapi kepentingan kapitalis tidak akan pernah selesai dalam
melakukan penjajahan secara politik dan ekonomi terhadap Negara-negara
yang mempunyai potensi pasar. Indonesaia sebagai negri yang mempunyai
penduduk 275 juta pada tahun 2005 merupakan panga pasar dunia yang akan
menjadi sasaran produsen-produsen global. Sejarah telah membuktikan
masuknya bangsa-bangsa eropa dan cina ke indonesia pada tahun 1596
merupakan tonggak awal kepentingan barat dalam menanamkan investasi
politik dan ekonomi di bumi nusantara. VOC yang berdiri pada tahun 1602
merupakan wujud dari kebangkitan barat dan sebagai realitas jatuhnya
nusantara dalam hegemoni kapitalis. Kemudian cina yang mampu menguasai
perbankan dengan cara memberi pinjaman modal pada masyarakat pedesaan
merupakan sejarah penting yang harus disadari oleh bangsa ini bahwa
bangsa negri ini selalu tidak mampu melawan kekuatan modal. Harus kita
akui bahwa kemerdekaan pada tahun 1945 merupakan kesempatan yang di
ambil dari sebuah peristiwa besar dunia bukan semata-mata kekuatan
bangsa ini untuk melepaskan diri dari kekuatan jepang. Begitu pula
dengan runtuhnya orde lama tidak bisa terlepas dari kekuatan Amerika
yang secara politik berada di belakang rezim soeharto walaupun pada
akhirnya rezim orde baru juga di runtuhkan oleh agen kapitalis dengan
isu pelanggaran hak asasi manusia. Harus diketahui bahwa runtuhya
kekuatan orde baru adalah karena rezim itu dianggap sudah tidak
produktif lagi untuk kepentingan kapitalis, setelah runtuhnya unisoviyat
tidak ada lagi perlawanan yang berarti dalam kontek dunia hal ini yang
berakibat pada runtuhnya rezim Soeharto.
Realitas Ekonomi Dunia
Pada
tahun 1944 menjelang perang dunia kedua mencapai puncaknya
Negara-negara kapitalis mengalami kegelisahan secara politik karena
semakin meningkatnya Negara-negar jajahan yang melepaskan diri untuk
merdeka, untuk itu As dan sekutunya melakukan pertemuan di BERTTON WODS
sebagai foruom untuk menyusun startegi dalam menghadapi Negara-negara
yang akan merdeka yang menghasilkan organisasi-organisasi ekonomi dan
politik dunia diantaranya, PBB tahun 1945 sekaligus disepakati
Declaration of Human right, WORLD BANK, IBRD tahun 1946, IMF tahun 1947,
dan GATT tahun 1947. Organisasi- organisasi di bentuk berdasarkan
kepentingan Amerika dan sekutunya untuk melanggengkan kekuasaannya di
Negara-negara yang melepaskan diri dari penjajahan mereka. Melihat
realitas yang yang terjadi saat ini peranan organ yang di ciptakan oleh
rezim kapitalis mampu mengambil peran penting hampi seluruh dunia
termasuk indonesia. Untuk mengimbangi kekuatan kapitalis unisoviyet
membentuk comecon.
Ada tiga kelompok besar
kekuatan ekonomi dunia pertama shanghai cooperation organization (SCO)
yang beranggotakan China, Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan Tajikistan dan
Uzbekistan, ditambah Iran, India, Pakistan, Turkmenistan dan Mongolia,
dengan tumbuhnya organisasi ekonomi yang berbasis di asia merupakan
ancaman serius bagi negara-negara kapitalis eropa sehingga akan
melahirkan sekenario baru bagi Amerika dan sekutunya yang akan berimbas
di negara-negar berkembang seperti indonesia. Dari survai yang dilakukan
oleh organization for economic coopration and development (OECD)
menunjukan bahwa perekonomian India, cina serta rusia memperlihatkan
pertumbuhan yang lebih kuat penelitian ini di dasarkan pada
indikator-indikator utama ekonomi composite leading indicator (CLI)
bila di banding dengan negara-negara industri maju lainya perti Inggris
dan Amerika. Kedua White Anglo Saxon Protestan yang merupakan kelompok
ekonomi Amerika dan sekutunya, ketiga Euro sebagai kelompok ekonomi
Eropa. Perlu di sadari bahwa ketiga kelompok raksasa dunia tersebut
saat ini telah melebarkan sayapnya di indonesia dan bangsa ini merupakan
konsumen dari hasil produksi industri tiga kelompok besar tersebut.
Bila di lihat dari dari peta kekuatan ekonomi dunia dibagi menjadi dua,
pertama ekonomi padat karya dan padat konsumsi kekuatan ekonomi ini
dikuasai oleh china dengan hasil produksi sebagai contoh sepeda motor
dan HP. Kedua, kekuatan ekonomi padat teknologi dan modal yang dikuasai
oleh Amerika sebagai contoh jatuhnya blok cepu kedalam genggaman Exon
Mobile dan negara-negara eropa yang memberika bantuan modal untuk
pembangunan aceh hingga mencapai 2/3 dari kebutuhan yang diperlukan.
Dari permainan dua kekuatan dunia tersebut dapat kita lihat betapa china
menggunakan bangsa indonesia sebagai pasar untuk mengkonsumsi hasil
produksinya sementara Amerika dan Eropa mempunyai kepentingan yang
berbeda hal ini dapat dilihat dari permainan Amerika yang lebih
mengfokuskan pada penguasaan sektor sumberdaya alam seperti minyak dan
industri lainnya sementara Eropa lebih terfokus pada pemberian modal dan
pinjaman terhadap kebutuhan bangsa indonesia.
Melacak Posisi
Berangkat
dari sebuah realitas dunia, mengetahui posisi indonesia adalah suatau
keniscayaan. Kita harus belajar dari tiga negara besar dunia yaitu Iran
dan Irak yang kini ditinggalkan China dan rusia karena hanya
dimanfaatkan untuk melewan hegemoni Amerika begitu pula dengan
Afganistan yang dimanfaatkan oleh amerika untuk perang melawan
unisoviyet pada masa perang dingin. Tiga kekuatan besar ekonomi dunia
yang menjadikan indonesia sebagai obyek kepentingan mereka merupakan
kenyataan yang harus kita sadari persoalan ini menjadi sangat penting
untuk mempertahankan keutuhan NKRI. Harus disadari bahwa isu ideologi
dan penistaan terhadap suatu agama hanyalah strategi barat untuk
mengukur kekuatan musuh-musuh ekonominya agara dapat menghancurkannya.
Dalam kontek geo politik, geo ekonomi dan geo strategi kepentingan
kapital merupakan persoalan utama misi negara-negara penjajah untuk
tetap menghegemoni negara-negara berkembang. Langkah strategis yang
harus kita lakukan adalah pertama sadar akan realitas dunia sehingga
tidak mudah terpancing oleh isu-isu global yang akan merugikan bangsa
ini, kedua meningkatkan sumber daya manusia indonesia agar mampu
mengelola potensi alam negri ini untuk menciptakan kekuatan ekonomi yang
mandiri sehingga tidak tergantung pada kekuatan ekonomi negara lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar