Budayawan IKA-PMII Dr. Ngatawi el-Saztrouw menjelaskan gerakan ini bukanlah upaya mengagungkan dan membanggakan kebesaran kebudayaan masa lalu yang bisa menjebak kita dalam kondisi “romantisme historis” sehingga membutakan pikiran terhadap realitas kekinian.
Khittah kebudayaan Nusantara, menurut dia, adalah proses kreatif untuk menggali, mengembangkan, dan merekonstruksi khazanah kebudayaan yang sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk merespons berbagai tantangan kebudayaan yang terjadi saat ini.
“Cara seperti ini telah dilakukan oleh para leluhur Nusantara dan pendiri bangsa,” ujar Ngatawi el-Saztrouw dalam Acara Pramunas IKA-PMII di Gedung Kunthi, Rabu (26/6/2013).
Dengan demikian, lanjut Ngatawi el-Saztrouw, kebudayaan Nusantara tidak dipahami dan diperlakukan sebagai benda mati yang hanya bisa dipajang di etalase kehidupan, kemudian dibanggakan atau dihancurkan karena dianggap tidak relevan sehingga bisa menjadi beban dan belenggu kehidupan sebagaimana yang diasumsikan oleh kaum modernis-Barat.
Sebaliknya, bagi Bangsa Nusantara, tradisi dan sejarah adalah benda hidup yang bisa menjadi sumber inspirasi, penuntun, pengarah, pemandu sekaligus pendorong semangat untuk berkreasi dan bertahan hidup yang bermartabat.
Ngatawi el-Saztrouw menambahkan, aktualisasi Gerakan Khittah Kebudayaan Nusantara dilakukan dengan strategi “Pribumisasi Kebudayaan” dan “Tradisionalisasi Modernitas”. Strategi “Pribumisasi Kebudayaan” merupakan gerakan kembali pada tradisi lokal untuk membangun kebudayaan kekinian.
Kembali pada tradisi di sini tidak diartikan sebagai sikap membela tradisi secara membabibuta, sehingga memaksakan tradisi secara apa adanya dalam realitas kekinian seperti kaum modern yang menghadirikan tradisi sebagai barang antik. Dalam konsep ini tradisi lokal dipandang sebagai sesuatu yang hidup sehingga bisa didialogkan dan dinegosiasikan secara kreatif dengan kebudayaan modern. Strategi ini seperti kembali ke telaga sebagai sumber mata air untuk mengalirkan kejernihan air dari telaga tersebut agar masuk dalam pori-pori pohon sehingga pohon menjadi rimbun dan kehidupan menjadi sejuk dan teduh.
Dalam strategi kebudayaan pesantren, Pribumisasi Kebudayaan ini merupakan realisasi dari prinsip Al-mukhafadlatu ‘ala qadiimi shalih, yaitu sikap memelihara dan menjaga nilai-nilai dan tradisi lama yang baik. Untuk mengetahui mana tradisi yang baik maka tardisi tersebut perlu didialogkan dan dinegosiasikan secara kreatif dengan budaya lain yaitu budaya modern.
Sedangkan yang dimaksud dengan strategi Tradisionalisasi Modernitas adalah mendudukkan tradisionalitas dan modernitas secara seimbang, kemudian mendialogkannya secara kreatif. “Hubungan antara tradisionalitas dan modernitas tidak lagi kontradiktif, saling menegasikan, seperti yang terjadi saat ini,” ulasnya.
Dalam konsep ini, kata Ngatawi el-Saztrouw, hubungan antara tradisionalitas dan modernitas adalah komplementer, saling melengkapi atara satu dan lainnya. Dengan konsep ini seseorang atau masyarakat bisa menjadi modern tanpa harus kehilangan akar tradisi yang dimilikinya.
Modernitas tidak lagi menjadi kekuatan yang menggerus tradisi yang ada. Antara tradisionalitas dan modernitas menyatu tapi tidak melebur, masing-masing tetap pada identitas dan karakternya tetapi membentuk rajutan kebudayaan seperti lembaran kain atau dipilin seperti seutas tali.
Dalam tradisi pesantren, Ngatawi el-Saztrouw menerangkan, strategi ini merupakan penerapan kaidah wal akhdu bil jadiidil aslah, yaitu mengambil yang terbaik dari kebudayaan modernitas tanpa merusak kebudayaan tradisional yang telah ada sebelumnya.
“Alasan-alasan seperti inilah yang membuat kami menetapkan diri untuk kembali pada Khittah kebudayaan Nusantara sebagai jawaban atas dominasi budaya modern yang diterima secara total dan tanpa reserve sehingga melupakan dan menghancurkan sendi-sendi tradisi dan budaya Nusantara yang pada ujungnya membawa bangsa ini pada krisis multi dimensi yang berkepanjangan. Inilah sikap kami,” tegasnya.
Acara Pramunas IKA-PMII yang digelar di Yogyakarta dihadiri oleh Khatib Aam PBNU KH. Malik Madani, alumni dan kader PMII serta pegiat komunitas budaya. "Rangkaian acara Pra Munas ini dalam rangka mensosialisasikan pemikiran-pemikiran IKA-PMII yang akan menjadi tuh gerakan," ujar Ketua Panitia Acara Pramunas IKA-PMII ke-5 Drs Zaini Rahman, MH.
(ful)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar