Sedikit pandangan dari sudut yang
berbeda. Orang bilang, mahasiswa adalah agen perubahan, atau mungkin
lebih sering kita dengar “Agent of Change”. Setujukah..?
Saya sendiri sebagai seorang mahasiswa merasa
ada yang janggal dengan predikat itu. Menurut saya pribadi, agen
perubahan bukan hanya ada di pundak-pundak si mahasiswa, tetapi di setiap insan yang mengaku mencintai, ingin membela dan ingin membangun ibu pertiwi ini.
Mungkin “Agen Perubahan” yang dipercayakan
kepada mahasiswa bukan hanya sebuah predikat semata, melainkan ada
harapan besar yang tersimpan didalamnya. Harapan untuk perubahan negeri
yang semakin “tak terarah” ini. iya, tak terarah. Ini terlihat dari
konstitusi yang semakin “dijauhi” oleh para pengayom negeri.
Kembali pada persoalan mahasiswa sebagai agen perubahan, ±
104 tahun yang lalu Indonesia menjadikan salah satu tanggal, yaitu
tanggal 20 di bulan Mei kemarin sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Bangkit, dalam konteks ini merupakan sebuah kata sederhana yang begitu
diharapkan pada negeri bernama Indonesia ini. sedangkan perubahan,
merupakan pengharapan yang diletakkan pada pundak-pundak para muda-mudi
Indonesia dengan ’title’ mahasiswa. Ada sinkronisasi rupanya disini.
Mahasiswa mungkin tak banyak menyadari bahwa
mereka menjadi tumpuan ‘kebangkitan’ yang diharapkan negeri ini.
terbukti perubahan yang mereka ciptakan tak hanya memiliki satu sisi
saja, positif. Ada sisi lain yang terlihat lebih banyak ‘menggoda’
mahasiswa untuk disinggahi. Berdasarkan tinjauan saya, mahasiswa lebih
dikenal sebagai ‘penyuara’. Ya, penyuara isi-isi kepala mereka. saya
pribadi sebagai mahasiswa memandang ini sebagai kewajaran selama yang
disuarakan adalah pembelaan terhadap yang benar, mungkin ini sebuah
sikap antisipatif terhadap ke’dzalim’an stadium lanjut. Namun masih saja
ada oknum-oknum yang berlebihan dalam menyuarakan sikap antisipatif
mereka. Antisipatif tak harus anarkis kan..? saya sendiri sebagai
seorang mahasiswa merasa resah dengan teori anarkisme yang dilambungkan
atas nama mahasiswa. Mengapa harus anarkisme..?
Membaca tulisan diatas mungkin menimbulkan banyak tanya dalam benak Anda sebagai pembaca, terutama jika Anda mahasiswa. “Ya karena memang selama ini suara kami jarang didengar, atau bahkan tidak pernah, maka dari itu kami berbuat anarkis”.
Itu mungkin satu klise alasan seorang mahasiswa menjawab pertanyaan
saya diatas. Lalu bagaimana dengan realita..? bayangkan jika Anda pergi
ke suatu tempat, dan akses yang Anda lalui untuk ke tempat tersebut
terhalang oleh aksi unjuk rasa yang digelar oleh demonstran. Tak lama,
sebagian dari Anda mungkin berfikir, “mahasiswa mana tuh yang demo..?”. Disini terlihat bahwa demo/unjuk rasa identik dengan keberadaan mahasiswa di dalamnya. Inikah image yang diharapkan dari seorang agen perubahan…?
Lantas bagaimana..? tidak semua kok
mahasiswa anarkis..? banyak juga mahasiswa yang memang ‘lurus-lurus
saja’, membawa perubahan untuk negeri ini, jangan hanya dilihat
negatifnya, coba lihat positifnya..
Kalimat seperti diatas mungkin juga serupa
dengan apa yang ada di benak Anda, para pembaca. Memang benar, banyak
mahasiswa yang telah sukses ‘memenuhi janjinya’ sebagai agen perubahan.
Tak sedikit dari mereka yang telah memajukan roda perekonomian dengan
inovasi-inovasi yang mereka hadirkan. Siapapun bangga atas prestasi
tersebut. Namun, inilah sesungguhnya masalahnya. Mahasiswa-mahasiswa
yang seperti ini layaknya mutiara yang tertimbun, dan makin tertimbun
oleh gerusan modernisasi. Kemana mereka..? seperti yang saya katakan
tadi, banyak yang tak menyadari bahwa mereka dipercayakan sebagai agen
perubahan dan ‘katrol pembangkit’ negeri ini.
Jumlah mahasiswa yang “lurus-lurus saja”
lebih sedikit, sehingga kurang terlihat jika dibandingkan dengan mereka
-mahasiswa yang anarkis. Tugas kita adalah menjadi bagian dari yang
sedikit itu, walaupun menjadi mahasiswa yang “lurus-lurus saja” tidaklah
mudah.
Marilah kita mahasiswa – mahasiswi Indonesia, mari kita capai predikat “The Real Agent of Change”,
perubahan ada di tangan kita para pemikir-pemikir muda. Kita tidak
hanya membuat orang tua atau kerabat bangga, tapi semuanya. Ya,
semuanya. Mari majukan negeri yang masih memiliki harapan untuk bangkit
ini. betul, negeri ini masih bisa bangkit.
Mungkin ini hanya sekedar tulisan, yang bisa saja hanya sekedar “lewat”
di mata dan pikiran pembaca. Ini mungkin hanya sebuah kontribusi kecil
yang bisa saya sumbangkan melalui pemikiran saya, semoga kontribusi
kecil ini bisa ikut menggerakkan nurani para mahasiswa/i untuk negeri
yang sama-sama kita cintai ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar